KONSELING
METODE KONTRASEPSI
- Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE)
1.
Pengertian
KIE
a) Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan
suatu efek (DEPKES RI, 1984).
Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran
pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan
saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan
orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi
antara dua orang atau lebih.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis
untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi
antar pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).
b) Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun
kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993).
Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
c) Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah
yang positif (DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan
merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena
merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan
pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat.
2.
Tujuan
KIE (Hartanto, 2004)
a. Meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru.
b. Membina
kelestarian peserta KB
c. Meletakkan
dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses
penerimaan.
a. Motivasi
b. Edukasi
/ pendidikan
c. Konseling
Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
Konseling KB
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri.
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri.
4.
Prinsip
Langkah KIE
Prinsip yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan KIE adalah :
a.
Memperlakukan klien dengan sopan,
baik dan ramah.
b.
Memahami, menghargai dan menerima
keadaan ibu (status pendidikan, social ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.
c.
Memberikan penjelasan dengan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami.
d.
Menggunakan alat peraga yang menarik
dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari.
e.
Menyesuaikan isi penyuluhan dengan
keadaan dan risiko yang dimiliki ibu
- Konseling
1.
Pengertian
a.
Konseling adalah kegiatan percakapan
tatap muka dua arah antara klien dengan
petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang ada
kaitannya dengan pemilihan kontrasepsi, sehingga akhirnya calon peserta KB
mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi apa
yang terbaik bagi dirinya (Sheilla, 2006).
b.
Konseling adalah proses pemberian
informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan
ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat
ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk
mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam
pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan
dengan baik karena petugas kesehatan tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari
pentingnya konseling. Padahal dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti
provider (Saifuddin, 2006).
2.
Tujuan
Tujuan
dari konseling (Hartanto, 2004) adalah:
a.
Memahami diri secara lebih baik
b.
Mengarahkan perkembangan diri sesuai
dengan potensinya
c.
Lebih realistis dalam melihat diri dan
masalah yang dihadapi, sehingga:
1)
Mampu menyelesaikan masalah secara
kreatif dan produktif
2)
Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai
dengan potensi yang dimiliki
3)
Terhindar dari gejala-gejala kecemasan
dan salah penyesuaian diri
4)
Mampu menyesuaikan diri dengan situasi
dan lingkungan
5)
Memperoleh dan merasakan kebahagiaan
Dalam
konseling diadakan percakapan dua arah (Hartanto, 2004) untuk:
a.
Membahas dengan calon peserta berbagai
pilihan kontrasepsi yang tersedia
b.
Memberikan informasi selengkap mungkin
mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau dari segi medis teknis maupun hal-hal lain yang
non-medis agar tidak menyesal kemudian
c.
Membantu calon peserta KB memutuskan
pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khusus
pribadi dan keluarganya
d.
Membantu peserta KB dalam menyesuaikan
diri terhadap kondisi barunya, terutama bila dia mengalami berbagai
permasalahan (nyata/semu)
Informasi yang diberikan (Hartanto,
2004) meliputi:
a.
Arti keluarga berencana
b.
Manfaat keluarga berencana
c.
Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
d.
Desas-desus tentang kontrasepsi dan
penjelasannya
e.
Pola perencanaan keluarga dan penggunaan
kontrasepsi yang rasional
f.
Rujukan pelayanan kontrasepsi
Keuntungan Konseling
Konseling
Kontrasepsi yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana
kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
a.
Klien dapat memilih metode kontrasepsi
yang sesuai dengan kebutuhannya
b.
Puas terhadap pilihannya dan mengurangi
keluhan atau penyesalan
c.
Cara dan lama penggunaan yang sesuai
serta efektif
d.
Membangun rasa saling percaya
e.
Mengormati hak klien dan petugas
f.
Menambah dukungan terhadap pelayanan KB
g.
Menghilangkan rumor dan konsep yang
salah
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Keberhasilan Konseling (Suyono, 2004)
a.
Faktor individual
Orientasi
kultural (keterikatan budaya) merupan factor individual yang dibawa seseorang
dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
1. Faktor
fisik
Kepekaan panca indera yang diberi konseling akan
sangat memepengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan
konselor.
2. Sudut
pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil
olah pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya
tentang materi yang dikonselingkan.
3. Kondisi
sosial
Status social dan keadaan di sekitar pasien akan
memberikan pengaruh dalam memahami materi.
4. Bahasa
Kesamaan bahasa yang dikonselingkan dalam proses
konseling akan mempengaruhi pemahaman pasien.
b.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap
terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti
kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara konselor dan
pasien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.
c.
Faktor emosional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi
percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi
percakapan antara polisi dan pelanggar lalu lintas.
d.
Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan
perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan
putusnya komunikasi:
1. Kegagalan
menyampaikan informasi penting
2. Perpindahan
topik bicara yang tidak lancar
Salah pengertian Seyogyanya petugas
tidak memberikan nasihat, karena ini berarti kita yang membuat keputusan. Tetapi ada kalanya kita dituntut untuk
memberikan nasihat.Dalam hal ini kita harus memperhatikan bagaimana mereka
menerima nasihat tersebut. Supaya mereka mau menerima dan melaksanakan suatu
nasihat, maka:
a. Peserta/calon
peserta harus diajak ikut serta menemukan nasihat yang cocok dan sesuai dengan
dirinya.
b. Nasihat
harus diberikan dengan sangat hati-hati
3.
Jenis
Konseling (Suyono, 2004)
a.
Konseling
awal
Adalah konseling
yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya
dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan
tentang konseling. Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran umum tentang
kontrasepsi.
Walaupun
secara umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan maupun
keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan alat kontrasepsi
lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan
yang mungkin terjadi.
Pastikan
klien mengerti dan mengenali tentang keputusannya untuk menunda atau
menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai resiko yang mungkin
terjadi. Apabila klien dan pasangannya telah
tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk
pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.
b.
Konseling
spesifik
Konseling
spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan.Dalam tahap ini konseling
lebih ditekankan pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik
yang bertugas sebagai konselor adalah
petugas konselor, dokter, perawat dan bidan. Konselor harus mendengarkan
semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan konselor.
Setelah
semua informasi dari klien terkumpul maka dilakukan penyaringan dan
pengelompokan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk
menghilangkan keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan rasional sangat membantu klien mempercayai konselor dan
informasi yang disampaikan. Di samping itu klien dapa mengambil keputusan tanpa
tekanan dan berdasarkan informasi yang benar.
c.
Konseling
pra tindakan
Konseling
yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada
konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter, operator
petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk mengkaji
ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk
menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan
tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.
d.
Konseling
pasca tindakan
Konseling
pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan.Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang
mungkin dirasakan setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya
keluhan tersebut, memberikan penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien
tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi
efektif.
4.
Langkah-langkah
dalam konseling
a.
Sikap
Petugas Dalam Melakukan Konseling Yang Baik Terutama Bagi Calon Klien Baru (Saifuddin,
2006)
1. Memperlakukan
klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan
sikap dan menghargai setiap klien dan menciptakan suatu rasa percaya diri
sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk
masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan kilen bahwa ia tidak akan
mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain
2. Interaksi
antara petugas dengan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan
menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan
reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara
memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh
karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
3. Memberikan
informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang
disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang
dibutuhkan oleh stip klien. Dalam memberikan informasi petugas harus
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat
bantu visual (ABPK)
4. Menghindari
pemberian informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat
untuk menentukan pilihan (informed choice).
Namun tidak semua klien menangkap semua informasi tentang berbagai jenis
kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan
bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan
informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu bagi
klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat
5. Membahas
metode yang diingini klien
Petugas membantu kilen membuat
keputusan mengenai pilihannya dan harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun
klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Di dalam
melakukan konseling, petugas mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai
jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugiannya sert bagaimana cara
penggunaanya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang
dipilih mulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam program KB. Petugas
mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkannya
antar jenis pilihan tersebut. Dengan cara ini petugas membantu klien untuk
membuat suatu pilihan. Jika idak ada halangan dalam bidang kesehatan ebaiknya
klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan pilihannya, klien akan menggunakan pelayanan
konntrasepsi tersebut lebih lama dan efektif.
6. Membuat
klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat
kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan memperlihatkan
bagaimana cara-cara penggunaanya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan
dengan flip chart, poster, pamphlet atau halaman. Petugas juga perlu melakukan
penilain bahwa klien telah mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa
bahan-bahan tersebut ke rumah. Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus
dilakukan juga dapat memberi tahu kepada orang lain.
b.
Hak
Pasien Dalam Konseling Kontrasepsi
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB
mempunyai hak sebagai berikut:
1.
Terjaga harga diri dan martabatnya
2.
Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya
kerahasiaan
3.
Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang
akan dilaksanakan
4.
Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
5.
Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan
dilakukan
6.
Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan
- Teknik-teknik
Konseling Yang Biasa Digunakan Dalam Konseling (Hartanto,
2004)
a.
Cara supportif
Untuk memberikan dukungan kepada peserta/calon
peserta, karena mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan
menenangkan/menentramkan dan menumbuhkan kepercayaannya bahwa ia mempunyai
kemampuan untuk membantu dirinya sendiri
b.
Katarsis
Dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk
mengungkapkan dan menyalurkan semua perasaan yang dimilikinya untuk menimbulkan
perasaan lega
c.
Membuat refleksi dan kesimpulan atas
ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapannya
d.
Memberikan semua informasi yang diperlukannya
untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan
Tempat
Dan Pihak Yang Harus Memberikan Informasi Dan Konseling
Tempat pelayanan konseling untuk melayani masyarakat
yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan konseling
(Saifuddin, 2006) yaitu:
a.
Konseling KB di lapangan (non-klinik)
Dilaksanakan oleh para petugas di lapangan yaitu
PPLKB, PLKB, PPKBD, Sub PPKBD dan kader yang mendapatkan pelatihan konseling
yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam
kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi yang diberikan
mencakup:
1. Pengertian
manfaat perencanaan keluarga
2. Proses
terjadinya kehamilan/reproduksi sehat
3. Informasi
berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, kemungkinan
efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikas, tempat kontrasepsi bisa
diperoleh, rujukan serta biaya)
b. Konseling
KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan
paramedis terlatih di klinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan desa. Pelayanan
konseling yang dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara
perseorangan di ruangan khusus.
Pelayanan konseling di klinik
dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan, mencakup
hal-hal berikut:
1. Memberikan
informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien
2. Memastikan
bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya
3. Membantu
klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai
dengan kondisi kesehatannya
4. Merujuk
klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika
klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemerikasaan ditemui
masalah kesehatan lain
5. Memberikan
konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami
keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.
Dalam
memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat
diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU (Saifuddin, 2006)
Kata
kunci SATU TUJU adalah sebagai
berikut:
SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan kilien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya
T : Tanyakan
kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan
keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian
kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak, isyarat
dan caranya. Coba tempatkan diri kita dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita
memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita
dapat membantunya
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya
dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mingkin, termasuk pilihan
beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien kepada jenis kontrasepsi yang paling
dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah
klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah
secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan
klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa
klien telah membuat suatu keputusan yang tepat.
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana
menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih kontrasepsinya, jika
diperlukan, perlihatkan obat/alat kontrasepsinya Jelaskan bagaimana alat/obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah
klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri
penjelasan juga tentang manfaat ganda kontrasepsi, misalnya kondom. Cek
pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji apabila
klien dapat menjawab dengan benar
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah.
Gallen dan
Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat
dijadikan panduan bagi petugas KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut
adalah GATHER (Prawirohardjo, 2002) yang merupakan singkatan dari :
G : Greet (Beri salam)
Memberi
salam,mengenalkan diri dan memebuka komunikasi
A : Ask atau Asses (Tanyakan)
Menanyakan
keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang
disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi
T : Tell (Beritahu)
Beritahukan
bahwa persoalan pokok yang dialami pasien adalah seperti yang tercermin dari
hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah
H : Help (Bantu)
Bantu
pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan.
Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk
keuntungan dan keterbatasan dari masing-masing cara tersebut. Minta pasien
untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E : Explain (Jelaskan)
Jelaskan
bahwa cara terpilih telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang diharapkan
mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan
hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan di mana pertolongan
lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit (Rujuk dan
kunjungan ulang)
Rujuk
apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat
jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.
Menurut Ieda Poernomo Sigit Sidi
merumuskan langkah-langkah konseling dalam satu kata yaitu SAJI (Perkumpulan Manajemen Laktasi, 2004)
S : Salam
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa
anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.
A : Ajak bicara
Usahakan berkomunikasi secara dua arah.
Jangan bicara sendiri. Dorong agar ia mau dan dapat mengemukakan pikiran dan
perasaannya. Tunjukkan bahwa anda menghargai pendapatnya, anda dapat memahami
kecemasannya, dan anda bias mengerti perasaannya.
J : Jelaskan
Beri penjelaskan mengenai hal-hal yang
menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan
dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan
persepsi yang keliru. Bicarakan sumber informasinya dan ketepatannya tanpa
menyinggung atau melecehkannya.
I : Ingatkan
Percakapan yang anda lakukan bersama
pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah
diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan konseling, ingatkan dia untuk
hal-hal yang penting dan koreksi atas persepsi yang keliru. Jangan lupa
mengingatkan dia tentang hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan.
Pentingnya
Informed Choice
Klien yang Informed Choice akan lebih baik dalam menggunakan KB (Saifuddin, 2006)
karena:
a.
Informed
choice
Adalah suatu kondisi peserta/calon
peserta KB yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup
setelah mendapat informasi yang lengkap
b. Memberdayakan
para klien untuk melakukan informed
choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas
c. Bagi
calon peserta KB baru, informed choice
merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya
d. Bagi
peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan
tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya
e. Bagi
peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat
f. Bagi
peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat
berobat ke tempat pelayanan
7. Bagi
peserta KB yang informed choice
berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya
Alat
Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) (Saifuddin, 2006)
Saat ini sudah tersedia lembar
balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasikan untuk Indonesia yang
digunakan dalam konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai
dengan adanya tanda pengingat mengenai ketrampilan konseling yang perlu
dilakukan dan informasi apa yang perlu diberikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien. ABPK sekaligus mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan
membantu klien untuk mengambil keputusan.
Persetujuan
Tindakan Medis (Informed Consent) (Saifuddin,
2006)
a.
Pemberian
informasi yang lengkap
Setiap pemakaian
kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduktif individu dan pasangannya, sehingga
harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan
kepada calon/klien KB tersebut harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur
dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan digunakn oleh calon/klien KB
tersebut. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi
verbal antara dokter dan klien. Ada anggapan banyak klien sering melupakan
informasi lisan yang telah diberikan oleh dokter/bidan. Oleh karena itu untuk
mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu
dibacakan kembali.
b.
Pengertian
Persetujuan Tindakan Medis
1. Jika
kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat Persetujuan
Tindakan Medis (Informed Consent)
diperlukan. Yang dimaksud dengan informed
consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas
dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap klien tersebut.
2. Setiap
tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat
mental.
c.
Persetujuan
Tindakan Medis Oleh Pasangan Suami Isteri
Dengan dilakukannya
tindakan medis termasuk kontrsepsi mantap, maka pengaruhnya terhadap lembaga
perkawinan itu sendiri cukup besar sehingga izin harus dari kedua belah pihak. Hal
ini berbeda dengan tindakan medis lainnya yang tidak menyangkut organ
reprodiksi yang izinnya terutama diberikan oleh pihak yang akan mengalami
tindakan tersebut.
d.
Daftar
Tilik Untuk Petugas
Pada halaman belakang lembar
persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan
untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus dijelaskan kepada
klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode kontrasepsi.
e.
Catatan
Tindakan Dan Pernyataan
Sesudah calon peserta dan pasangannya
menandatangani informed consent,pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada
halaman belakang Lembar Persetujuan Tindakan Medis terdapat catatan tindakan
dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan
tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu
metode, keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa
pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar.
REFERENSI
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Saifuddin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:YBP_SP
Suradi, Rulina. 2004. Manajemen Laktasi.
Jakarta:Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar