Rabu, 29 Mei 2013

KIE Metode Kontrasepsi

KONSELING METODE KONTRASEPSI

  1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
1.   Pengertian KIE
a)      Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES RI, 1984).
Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa (Notoatmodjo, 2003).

b)      Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.

c)      Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

2.   Tujuan KIE (Hartanto, 2004)
a.       Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru.
b.      Membina kelestarian peserta KB
c.       Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya proses penerimaan.
3.      Jenis Kegiatan KIE (http://www.lusa.web.id/kie-dalam-pelayanan-kb/)
a.       Motivasi
b.      Edukasi / pendidikan
c.       Konseling

Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien; Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.

Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Konseling KB
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri.
4.   Prinsip Langkah KIE
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :
a.          Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
b.         Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status pendidikan, social ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya.
c.          Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
d.         Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari.
e.          Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu
                                                                                                                                                                       
  1. Konseling
1.   Pengertian
a.          Konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien dengan  petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan pemilihan kontrasepsi, sehingga akhirnya calon peserta KB mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi apa yang terbaik bagi dirinya (Sheilla, 2006).
b.         Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Seringkali  konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena petugas kesehatan tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Padahal dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti provider (Saifuddin, 2006).


2.   Tujuan
Tujuan dari konseling (Hartanto, 2004) adalah:
a.          Memahami diri secara lebih baik
b.         Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
c.          Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi, sehingga:
1)         Mampu menyelesaikan masalah secara kreatif dan produktif
2)         Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
3)         Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
4)         Mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan
5)         Memperoleh dan merasakan kebahagiaan

Dalam konseling diadakan percakapan dua arah (Hartanto, 2004) untuk:
a.                      Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia
b.         Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau dari segi  medis teknis maupun hal-hal lain yang non-medis agar tidak menyesal kemudian
c.          Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khusus pribadi dan keluarganya
d.         Membantu peserta KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi barunya, terutama bila dia mengalami berbagai permasalahan (nyata/semu)

Informasi yang diberikan (Hartanto, 2004) meliputi:
a.                          Arti keluarga berencana
b.                         Manfaat keluarga berencana
c.                          Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
d.                         Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
e.                          Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional
f.                          Rujukan pelayanan kontrasepsi



Keuntungan Konseling
Konseling Kontrasepsi yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
a.       Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya
b.       Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan
c.        Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif
d.       Membangun rasa saling percaya
e.        Mengormati hak klien dan petugas
f.        Menambah dukungan terhadap pelayanan KB
g.        Menghilangkan rumor dan konsep yang salah

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling (Suyono, 2004)
a.                      Faktor individual
Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupan factor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:
1.   Faktor fisik
Kepekaan panca indera yang diberi konseling akan sangat memepengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan konselor.
2.   Sudut pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.
3.   Kondisi sosial
Status social dan keadaan di sekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam memahami materi.
4.   Bahasa
Kesamaan bahasa yang dikonselingkan dalam proses konseling akan mempengaruhi pemahaman pasien.



b.                     Faktor-faktor  yang berkaitan dengan interaksi
Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara konselor dan pasien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.

c.                      Faktor emosional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi dan pelanggar lalu lintas.

d.                     Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi:
1.   Kegagalan menyampaikan informasi penting
2.   Perpindahan topik bicara yang tidak lancar

Salah pengertian Seyogyanya petugas tidak memberikan nasihat, karena ini berarti kita yang membuat keputusan. Tetapi ada kalanya kita dituntut untuk memberikan nasihat.Dalam hal ini kita harus memperhatikan bagaimana mereka menerima nasihat tersebut. Supaya mereka mau menerima dan melaksanakan suatu nasihat, maka:
a.       Peserta/calon peserta harus diajak ikut serta menemukan nasihat yang cocok dan sesuai dengan dirinya.
b.      Nasihat harus diberikan dengan sangat hati-hati

3.      Jenis Konseling (Suyono, 2004)
a.          Konseling awal
Adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan tentang konseling. Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi.
Walaupun secara umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan maupun keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi.
Pastikan klien mengerti dan mengenali tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai resiko yang mungkin terjadi. Apabila klien dan pasangannya telah  tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.

b.         Konseling spesifik
Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan.Dalam tahap ini konseling lebih ditekankan pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik yang bertugas sebagai konselor adalah  petugas konselor, dokter, perawat dan bidan. Konselor harus mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan konselor.
Setelah semua informasi dari klien terkumpul maka dilakukan penyaringan dan pengelompokan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional sangat membantu klien mempercayai konselor dan informasi yang disampaikan. Di samping itu klien dapa mengambil keputusan tanpa tekanan dan berdasarkan informasi yang benar.

c.          Konseling pra tindakan
Konseling yang dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter, operator petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling ini untuk mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling  sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.

d.         Konseling pasca tindakan
Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan.Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut, memberikan penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif.

4.      Langkah-langkah dalam konseling
a.         Sikap Petugas Dalam Melakukan Konseling Yang Baik Terutama Bagi Calon Klien Baru (Saifuddin, 2006)
1.      Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap dan menghargai setiap klien dan menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan kilen bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain
2.      Interaksi antara petugas dengan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
3.      Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh stip klien. Dalam memberikan informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK)
4.      Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
               Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan (informed choice). Namun tidak semua klien menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat
5.      Membahas metode yang diingini klien
Petugas membantu kilen membuat keputusan mengenai pilihannya dan harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Di dalam melakukan konseling, petugas mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugiannya sert bagaimana cara penggunaanya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih mulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam program KB. Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkannya antar jenis pilihan tersebut. Dengan cara ini petugas membantu klien untuk membuat suatu pilihan. Jika idak ada halangan dalam bidang kesehatan ebaiknya klien mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan  pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya, klien akan menggunakan pelayanan konntrasepsi tersebut lebih lama dan efektif.
6.      Membuat klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaanya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip chart, poster, pamphlet atau halaman. Petugas juga perlu melakukan penilain bahwa klien telah mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa bahan-bahan tersebut ke rumah. Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juga dapat memberi tahu kepada orang lain.

b.      Hak Pasien Dalam Konseling Kontrasepsi
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut:
1.      Terjaga harga diri dan martabatnya
2.      Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan
3.      Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan
4.      Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
5.      Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan
6.      Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan

  1. Teknik-teknik Konseling Yang Biasa Digunakan Dalam Konseling (Hartanto, 2004)
a.          Cara supportif
Untuk memberikan dukungan kepada peserta/calon peserta, karena mereka dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan menenangkan/menentramkan dan menumbuhkan kepercayaannya bahwa ia mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya sendiri
b.         Katarsis
Dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan menyalurkan semua perasaan yang dimilikinya untuk menimbulkan perasaan lega
c.          Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang tersirat dalam ucapan-ucapannya
d.         Memberikan semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat keputusan






Tempat Dan Pihak Yang Harus Memberikan Informasi Dan Konseling
Tempat pelayanan konseling untuk melayani masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan konseling (Saifuddin, 2006) yaitu:
a.             Konseling KB di lapangan (non-klinik)
Dilaksanakan oleh para petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PPKBD, Sub PPKBD dan kader yang mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup:
1.   Pengertian manfaat perencanaan keluarga
2.   Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat
3.   Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikas, tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan serta biaya)

b.      Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedis terlatih di klinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus.
Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan, mencakup hal-hal berikut:
1.   Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien
2.   Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya
3.   Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya
4.   Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemerikasaan ditemui masalah kesehatan lain
5.   Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU (Saifuddin, 2006)
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
SA  :  Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan kilien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya
T     : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
           mengenai pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak, isyarat dan caranya. Coba tempatkan diri kita dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya
U     :  Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mingkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien kepada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada
TU  :  BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat.
J      :  Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan obat/alat kontrasepsinya Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda kontrasepsi, misalnya kondom. Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji apabila klien dapat menjawab dengan benar
U     : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

Gallen dan Leitenmaier (1987) memberikan satu akronim yang dapat dijadikan panduan bagi petugas KB untuk melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER (Prawirohardjo, 2002) yang merupakan singkatan dari :
G     : Greet (Beri salam)
           Memberi salam,mengenalkan diri dan memebuka komunikasi
A     : Ask atau Asses (Tanyakan)
           Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi
T     : Tell (Beritahu)
           Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dialami pasien adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus dicarikan upaya penyelesaian masalah
H     : Help (Bantu)
           Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan keterbatasan dari masing-masing cara tersebut. Minta pasien untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E     : Explain (Jelaskan)
           Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan/dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Jelaskan pula siapa dan di mana pertolongan lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
R     : Refer dan Return visit (Rujuk dan kunjungan ulang)
           Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.

Menurut Ieda Poernomo Sigit Sidi merumuskan langkah-langkah konseling dalam satu kata yaitu SAJI (Perkumpulan Manajemen Laktasi, 2004)
S     :  Salam
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa anda bersedia meluangkan waktu untuk berbicara dengannya.
A     :  Ajak bicara
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar ia mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa anda menghargai pendapatnya, anda dapat memahami kecemasannya, dan anda bias mengerti perasaannya.
J      :  Jelaskan
Beri penjelaskan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Bicarakan sumber informasinya dan ketepatannya tanpa menyinggung atau melecehkannya.
I      :  Ingatkan
Percakapan yang anda lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan konseling, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi atas persepsi yang keliru. Jangan lupa mengingatkan dia tentang hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan.

Pentingnya Informed Choice
Klien yang Informed Choice akan lebih baik dalam menggunakan KB (Saifuddin, 2006) karena:
a.      Informed choice
Adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap
b.      Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas
c.       Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya
d.      Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya
e.       Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat
f.       Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat berobat ke tempat pelayanan
7.      Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya

Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) (Saifuddin, 2006)
Saat ini sudah tersedia lembar balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasikan untuk Indonesia yang digunakan dalam konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai dengan adanya tanda pengingat mengenai ketrampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa yang perlu diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK sekaligus mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan.

Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) (Saifuddin, 2006)
a.      Pemberian informasi yang lengkap
Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduktif individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada calon/klien KB tersebut harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan digunakn oleh calon/klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi ini penting sekali adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada anggapan banyak klien sering melupakan informasi lisan yang telah diberikan oleh dokter/bidan. Oleh karena itu untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu dibacakan kembali.

b.      Pengertian Persetujuan Tindakan Medis
1.      Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) diperlukan. Yang dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
2.      Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan  persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental.

c.       Persetujuan Tindakan Medis Oleh Pasangan Suami Isteri
Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrsepsi mantap, maka pengaruhnya terhadap lembaga perkawinan itu sendiri cukup besar sehingga izin harus dari kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan tindakan medis lainnya yang tidak menyangkut organ reprodiksi yang izinnya terutama diberikan oleh pihak yang akan mengalami tindakan tersebut.



d.         Daftar Tilik Untuk Petugas
Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode kontrasepsi.

e.          Catatan Tindakan Dan Pernyataan
Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed consent,pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang Lembar Persetujuan Tindakan Medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar.


REFERENSI

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:   Pustaka Sinar Harapan.

Saifuddin,Abdul Bari.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta:YBP_SP

Suradi, Rulina. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta:Perkumpulan Perinatologi Indonesia




Tidak ada komentar:

Posting Komentar