Rabu, 26 Juni 2013

METODE AMENORE LAKTASI

METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)
1. Definisi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
2. Cara Kerja
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2003).
Pada wanita pospartum konsentrasi esterogen, progesteron, dan prolaktin (PRL) yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar gonadotropin meningkat pesat, konsentrasi PRL kembali ke normal dalam waktu sekitar 4 minggu dan pada minggu ke-8 pascapartum, sebagian besar wanita yang memberi susu formula pada bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel dan akan berevolusi tidak lama kemudian.
Sebaliknya, pada wanita yang menyususi, konsentrasi PRL tetap meninggi selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi peningkatan sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi Follicle Stimulating Hormone (FSH) kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi Luteinizing Hormone (LH) dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang penting, pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan inilah yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal ovarium. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh atau hampir penuh dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2 % untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.
3. Keuntungan
Untuk bayi :
(a) mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat ASI)
(b) sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tubuh kembang bayi yang optimal,
(c) terhindar dari keterpurukan terhadap kontaminasi dari air susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu :
(a) mengurangi post partum
(b) mengurangi resiko anemia
(c) meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi (Saifuddin, 2003).
Efektifitas dari MAL adalah :
(1) efektifitas tinggi
(2) segera aktif
(3) tidak perlu pengawasan medis
(4) tidak perlu obat atau alat
(5) tanpa biaya.
Manfaat MAL pada bayi yaitu suatu makanan yang memiliki asupan gizi yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi, sedangkan pada ibu manfaatnya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Pinem, 2009).
4.KEKURANGAN
Kekurangan dari kontrasepsi MAL adalah :
(1) perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
(2) mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
(3) efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan
(4) tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
5.KONTRA INDIKASI
1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
6.EFEK SAMPING
Mengukur dan keamanan dari berbagai metode keluarga berencana juga sulit dilakukan, tetapi alasannya dalam hal ini adalah bahwa sebagian besar metode sudah sedemikian aman sehingga kejadian merugikan yang serius sangat jarang dijumpai. Kejadian merugikan yang kurang serius sering kali cukup bersifat subjektif. Kemungkinan mengalami efek samping suatu metode, serius atau tidak, dapat diperkecil dengan mematuhi kontraindikasi pemakaiannya.
WHO baru-baru ini meninjau ulang kontraindikasi semua metode utama kontrasepsi dan mengembangkan suatu sistem altrnatif yang disebut “ kriteria kelayakan medis “. Untuk setiap metode, WHO menetukan apakah tidak ada atau jarang ada kondisi medis yang menyebabkan suatu metode tidak dianjurkan pemakaiannya, atau apakah terdapat kontraindikatif relatif.
Seiring dengan munculnya metode baru dan telah disempurnakan, dan meningkatnya pengetahuan mengenai bagaimana mengurangi risiko dari metode-metode yang ada sehingga menjadi lebih aman. Keluarga berencana merupakan area model bagi ilmu kesehatan dalam aspek kemajuan otonomi dan tanggung jawab pemakai. Tantangan di masa mendatang adalah bagaimana mengembangkan metode yang lebih baik dan lebih beragam, dan membantu akseptor mengkombinasikan metode-metode yang ada untuk menciptakan strategi yang memenuhi kebutuhan mereka.Berikut ini beberapa efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi menggunakan Metode Amenorea Laktasi ( MAL ):
1. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
2. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDSKesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
3. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
7. Kriteria
A. Kriteria Seorang Ibu Yang Menggunakan Metode KB Amenorea Laktasi (MAL)
Syarat ibu untuk menggunakan metode KB alami MAL yaitu :
a. ibu yang menyusui secara eksklusif
b. ibu belum menstruasi sejak melahikan (belum haid)
c. ibu memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu sampai dua teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan)
d. bayi berusia 6 bulan (Saifuddin, 2003).
B. Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Dilakukan segera setelah melahirkan.
b. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
c. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
d. Tidak mengkonsumsi suplemen.
e. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
C. Ibu Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
a. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
d. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
e. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
f. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
g. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
h. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
9. Efektivitas
• Kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan dan 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan.
• Kejadian kehamilan dalam pemakaian MAL ini relatif sangat kecil, dikarenakan efektifitas pada MAL sangat tinggi mencapai 98% (Sarwono, 2003).
• Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan. Efektifitas dapat mencapai 98% dan sangat efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlakrtasi (Depkes, Bandung).

DAFTAR PUSTAKA
Arjoso, S. 2005. Rencana Strategis BKKBN. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN
BKKBN, (2010). Data Statistik KB Provinsi Jawa Tengah tahun 2002-2006, Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, www.bps-jateng.go.id diunduh tanggal 18 Desember 2010
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta.: Pustaka Sinar Harapan
Saifudin, Abdul bari.2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohajo

Kamis, 20 Juni 2013

ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK)


ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

A.      Pengertian
        Kontrasepsi implan adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi (pemasangan) dan pencabutan
               Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit (BKKBN,2003).
B.       Jenis kontrasepsi implant
1.         NORPLANT
a.    Berisi batang yang mengandung hormon levonorgestrel
b.    Tiap kapsul : panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 mm,berisi 36 mg levonorgestrel yang efektif mencegah kehamilan selama 5 tahun
2.         IMPLANON
a.    Berisi 1 batang putih lentur mengandung 63 mg 3-keto-desogestrel
b.    Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun
3.         INDOPLANT dan JADENA
a.    Berisi 2 batang, mengandung 75 mg levonorgestrel
b.    Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun (Saifuddin, 2006)
C.      Mekanisme kerja KB implant
1.         Mengentalkan lendir serviks
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2.         Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
1.         Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
2.         Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi(BKKBN2003)
D.      Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1 kehamilan per 100 perempuan). (Saifuddin, 2006)
E.       Keuntungan dan kerugian KB implant
1.         Keuntungan
a.    Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
b.    Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
c.    Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d.   Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e.    Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f.     Tidak mengganggu hubungan seksual
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g.    Tidak mengganggu produksi ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
h.    Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
       (Sulistyawati, 2011)
i.      Kontrol medis ringan
j.      Dapat dilayani didaerah pedesaan
k.    Penyulit medis tidak terlalu tinggi
l.      Biaya ringan
(Manuaba1998)
2.         Kerugian
a.    Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi, terjadi perdarahan bercak (spothing) dan perdarahan tidak teratur.     Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
b.    Berat badan bertambah
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
c.    Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara
 Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
d.   Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan.
e.    Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginannya, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutanDibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
f.     Tidak memberikan perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual HIV/AIDS
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
      (BKKBN2003)
F.       Indikasi dan kontra indikasi KB implant
1.         Indikasi
a.    Usia reproduksi
b.    Nulipara atau multipara
c.    Menghendaki kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
d.   Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi
2.         Kontra indikasi
a.    Hamil atau diduga hamil
b.    Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
c.    Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d.   Mioma uteri
e.    Gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2006)
G.      Waktu mulai menggunakan implan :
1.         Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke tujuh, tidak perlu metode kontrasepsi tambahan
2.         Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan . Apabila insersi setelah -7 hari siklus haid, klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.
3.         Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrsepsi lain untuk tujuh hari saja.
4.         Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan  pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat.
5.         Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari.
6.         Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrsepsi dengan benar.
7.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik, tidak perlu metode kontrasepsi lain.
8.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsihormonal ( kecuali AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan norplant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
9.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, maka dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja. AKDR segera dicabut.
10.     Pasca keguguran, implan dapat segera di insersikan. (Sulistyawati, 2011)
H.      Keadaan yang memerlukan perhatian khusus :
Keadaan
Anjuran
·      Penyakit hati akut (virus hepatitis)
·      Strok/riwayat stroke, penyakit jantung
·      Menggunakan obat untuk epilepsi
·      Tumor jinak/ganas pada hati
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
(Saifuddin, 2006)

 
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. Prawirohardjo, Sarwono. Jakarta : YBS-SP
Ragam Metode Kontrasepsi. Prawirohardjo. 2008. Jakarta : YBS-SP
 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Hartanto, Hanafi. 2004. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 1. Varney, dkk. 2007. Jakarta : EGC
Obstetri. William, dkk. 2006. Jakarta : EGC

ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT (AKBK)


ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT

A.      Pengertian
        Kontrasepsi implan adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi (pemasangan) dan pencabutan
               Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit (BKKBN,2003).
B.       Jenis kontrasepsi implant
1.         NORPLANT
a.    Berisi batang yang mengandung hormon levonorgestrel
b.    Tiap kapsul : panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 mm,berisi 36 mg levonorgestrel yang efektif mencegah kehamilan selama 5 tahun
2.         IMPLANON
a.    Berisi 1 batang putih lentur mengandung 63 mg 3-keto-desogestrel
b.    Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun
3.         INDOPLANT dan JADENA
a.    Berisi 2 batang, mengandung 75 mg levonorgestrel
b.    Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun (Saifuddin, 2006)
C.      Mekanisme kerja KB implant
1.         Mengentalkan lendir serviks
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2.         Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
1.         Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
2.         Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi(BKKBN2003)
D.      Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1 kehamilan per 100 perempuan). (Saifuddin, 2006)
E.       Keuntungan dan kerugian KB implant
1.         Keuntungan
a.    Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
b.    Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
c.    Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d.   Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e.    Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f.     Tidak mengganggu hubungan seksual
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g.    Tidak mengganggu produksi ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
h.    Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
       (Sulistyawati, 2011)
i.      Kontrol medis ringan
j.      Dapat dilayani didaerah pedesaan
k.    Penyulit medis tidak terlalu tinggi
l.      Biaya ringan
(Manuaba1998)
2.         Kerugian
a.    Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi, terjadi perdarahan bercak (spothing) dan perdarahan tidak teratur.     Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
b.    Berat badan bertambah
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
c.    Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara
 Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
d.   Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta pencabutan implan.
e.    Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginannya, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutanDibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
f.     Tidak memberikan perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual HIV/AIDS
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
      (BKKBN2003)
F.       Indikasi dan kontra indikasi KB implant
1.         Indikasi
a.    Usia reproduksi
b.    Nulipara atau multipara
c.    Menghendaki kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
d.   Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi
2.         Kontra indikasi
a.    Hamil atau diduga hamil
b.    Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
c.    Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d.   Mioma uteri
e.    Gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2006)
G.      Waktu mulai menggunakan implan :
1.         Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke tujuh, tidak perlu metode kontrasepsi tambahan
2.         Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan . Apabila insersi setelah -7 hari siklus haid, klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.
3.         Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode kontrsepsi lain untuk tujuh hari saja.
4.         Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan  pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat.
5.         Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari.
6.         Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan kontrsepsi dengan benar.
7.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik, tidak perlu metode kontrasepsi lain.
8.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsihormonal ( kecuali AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan norplant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
9.         Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implan, maka dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja. AKDR segera dicabut.
10.     Pasca keguguran, implan dapat segera di insersikan. (Sulistyawati, 2011)
H.      Keadaan yang memerlukan perhatian khusus :
Keadaan
Anjuran
·      Penyakit hati akut (virus hepatitis)
·      Strok/riwayat stroke, penyakit jantung
·      Menggunakan obat untuk epilepsi
·      Tumor jinak/ganas pada hati
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
·      Sebaiknya jangan menggunakan implan
(Saifuddin, 2006)

 
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2006. Prawirohardjo, Sarwono. Jakarta : YBS-SP
Ragam Metode Kontrasepsi. Prawirohardjo. 2008. Jakarta : YBS-SP
 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Hartanto, Hanafi. 2004. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 1. Varney, dkk. 2007. Jakarta : EGC
Obstetri. William, dkk. 2006. Jakarta : EGC

Rabu, 29 Mei 2013

Alat Kontrasepsi Hormonal Suntik

KB SUNTIK HORMONAL


A.     Pengertian Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. (Harnawaty, 2008)
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah  terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.  Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. (Harnawaty, 2008)

B.     Cara kerja kontrasepsi Suntik
1.       Mencegah ovulasi (masa subur)
Suntikan KB ini merupakan suatu cairan yang berisi zat untuk mencegah kehamilan (menghalangi ovulasi/pembuahan) selama jangka waktu antara 1-3 bulan.
2.       Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental dan menghambat sperma serta menimbulkan perubahan pada rahim.
Cairan yang terdapat dalam KB suntik tersebut merupakan hormon sintetis progesteron. Hormon inilah yang akan membuat lender rahim menjadi kental sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke rahim.
3.       Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
Hormon progestin juga mencegah pelepasan sel telur yang dikeluarkan tubuh wanita. Tanpa pelepasan sel telur, seorang wanita tidak akan mungkin hamil.
4.       Mengubah kecepatan transportasi sel telur dan menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
Selain itu pada penggunaan Depo Provera, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan berkurangnya aktifitas kelenjar. Sedangkan hormon progestin dengan sedikit hormon estrogen akan merangsang timbulnya haid setiap bulan. (Saifudin, 2003)

C.     Macam/jenis dan  lama penggunaan suntik
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung progestin, yaitu:
1.       Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA), yang mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong).
2.       Depo norestisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.
3.       Cyclofem (jenis sunyikan kombinasi) mengandung 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi im. (Saifudin, 2003)

D.     Daya guna/efektifitas KB suntik
Ketiga kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan/tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.  (Saifudin, 2003)

E.           Kontra indikasi KB suntik
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.(Farmakoterapi, 2009)

F.      Indikasi KB suntik         
Yang dapat memakai KB suntik  kombinasi:
1.      Usia reproduksi
2.      Telah memilki anak ataupun belum memiliki anak
3.      Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
4.      Menyusui pasca persalinan > 6 minggu
5.      Pasca persalinan dan tidak menyusui
6.      Anemia
7.      Nyeri haid
8.      Haid teratur
9.      Riwayat kehamilan ektopik
10.  Sering lupa menggunakan pil
Yang dapat memakai kontrasepsi suntikan progestin
1.      Usia reproduksi
2.      Nulipara dan telah punya banyak anak
3.      Menghendaki kontrasepsi jangka panjang
4.      Menyusui
5.      Setelah melahirkan dan tidak menyusi
6.      Setelah abortus
7.      Telah banyak anak tapi belum menginginkan tubektomi
8.      Perokok
9.      Tekanan darah < 180/110 mmhg
10.  Menggunakan obat epilepsy
11.  Anemia defisiensi besi
12.  Tidak dapat memakai kb yang mengandung esterogen
13.  Mendekati usia menopause


G.    Keuntungan KB suntik
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996). Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal, dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan.
Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Cyclofem.

H.     Kekurangan KB suntik
1.       Gangguan haid.
      Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
2.       Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3.       Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
4.       Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5.       Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
6.       Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang
7.       Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.


I.        Efek samping
Efek samping suntik DMPA adalah sebagai berikut :
1.       Gangguan Haid
Gejala dan keluhan dalam gangguan pola haid yaitu:
a.       Amenorrea
Tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama tiga bulan bertutut – turut. Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk di endometrium (Wiknjosastro, 2005)
b.       Spotting
Bercak – bercak perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB suntik. Gangguan pola haid spotting disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau terjadinya gangguan hormone. (Hartanto, 2003)
c.       Metroraghia
Perdarahan yang berlebihan di luar siklus haid. Gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium) untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional (Depkes RI, 1999).
d.      Menorraghia
Datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid. Gangguan pola haid menorragia disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih banyak (Depkes RI, 1999).
2.       Perubahan Berat Badan (BB)
Gejala dan keluhan dalam perubahan BB yaitu:
a.     BB bertambah dengan kenaikan rata-rata untuk setiap tahun antara 2,3 – 2,9 Kg. Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah (Hanafi, 2003).
b.       BB berkurang dengan penurunan rata-rata setiap tahun antara 1,6 – 1,9 Kg (Depkes, 1999).
3.       Sakit kepala
             Gejala dan keluhan dalam sakit kepala yaitu rasa berputar atau sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala. Biasanya bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak ( Depkes, 1999).
4.       Keputihan
Gejala dan keluhan dalam keputihan yaitu adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang sanggama dan terasa mengganggu. Keputihan disebabkan karena adanya infeksi, jamur atau kandida (Suratun, 2008).
5.       Jerawat
             Gejala dan keluhan dalam timbulnya jerawat yaitu timbulnya jerawat di wajah atau badan yang dapat disertai infeksi atau tidak (Suratun, 2008).

J.       Lokasi penyuntikan
Dengan i.m sampai daerah glutus:
1.      Daerah bokong/pantat
2.      Daerah otot lengan atas

K.     Waktu berKB
Waktu pemberian suntik dapat dilakukan
1.       Setelah menstruasi dalam lima hari atau setiap waktu selama siklus wanita.
2.       Setelah aborsi dalam waktu lima hari setelah dilakukan aborsi.
3.       Setelah melahirkan (tidak menyusui) dilakukan setelah melahirkan atau tiga minggu pasca partum kecuali pada wanita yang memiliki riwayat pasca partum.
4.       Setelah melahirkan (menyusui) dilakukan segera atau setelah melahirkan atau enam minggu pasca persalinan (Varney, 2007).

L.     Kunjungan  ulang
Kunjungan ulang perlu dilakukan apabila ibu mengalami perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari masa haid atau dua kali lebih banyak dalam satu periode masa haid, sakit kepala yang berulang dan berat atau kaburnya penglihatan, nyeri abdomen sebelah bawah yang berat dan buang air kecil yang berulang kali (Depkes RI, 2001).
Ibu juga diharapkan melakukan kunjungan ulang jika mengalami abses atau perdarahan tempat injeksi dan kanker merupakan komplikasi yang mungkin terjadi pada akseptor KB suntik DMPA (Varney, 2007).


   Referensi
      Hartanto, Hanafi, 2003, Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari, 2003, Buku panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
http://www.pubmedcentral.nih.gov/pagerender.

Prohealth,http://forbetterhealth.wordpress.com
Rahardja, Kirana, 2007, Obat-obat Penting ed.6, 717, PT. Elex Media Computa, Jakarta