ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIM
1.
Pengertian
Alat kontrasepsi
dalam rahim(AKDR) adalah suatu alat kecil yang dipasang di dalam rahim dengan
tujuan mencegah kehamilan, biasanya terbuat
dari polyethylene dan kadang dikombinasikan dengan tembaga.
2.
Jenis AKDR
a. Menurut bentuknya, AKDR dibagi menjadi :
1)
Bentuk
terbuka, seperti : Lippes Loop, Cupper-T, Cupper-7, Margulies, Spring Coil,
Multiload, Nova-T, dan lain-lain
2)
Bentuk
tertutup, sperti : Ota Ring, Antigon, Grafeenberg ring, Hall-stone ring, dan
lain-lain.
b. Menurut tambahan obat atau metal, AKDR
dibagi menjadi :
1)
Medicated
IUD, misalnya Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper-T-300, Cupper-T-380 A,
Cupper-7, nova-T, ML-Cu 250, ML-Cu 375, dan lain-lain.
2) Unmedicated IUD, misalnya Lippes Loop,
Marguiles, Saf-T Coil, Antigon, dan lain-lain.
3.
Efektivitas AKDR
Sangat efektif,
reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 th: CuT-380-A). AKDR
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Dalam penelitian
berskala besar terlihat bahwa setelah satu tahun pemakaian hanya terjadi 0,8
kehamilan dari 100 wanita. Hal ini berarti kira-kira terjadi satu kehamilan
dari 200 wanita selama 1 tahun pemakaian.
4.
Cara kerja AKDR
a.
Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.
b.
Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai korpus uteri.
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan
ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalam uterus.
5.
Keuntungan AKDR
a. Sebagai kontrasepsi efektivitas tinggi
Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan/100
perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektif setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang.
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan sexual.
f. Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak
perlu takut untuk hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal Cu AKDR
(CuT-380 A).
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i.
Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
j.
Dapat digunakan
sampai menopause.
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
l.
Membantu
mencegah kehamilan ektopik
6.
Kerugian AKDR
a.
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
b. Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
c. Penyakit
radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat
memicu infertilitas
d. Prosedur
medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan
e. Sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR
f.
Klien tidak dapat melepas AKDR oleh
dirinya sendiri
g. Mungkin
AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui ( sering terjadi apabila AKDR dipasang
segera setelah melahirkan
7.
Penggunaan
a.
Yang dapat menggunakan AKDR
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi
7) Perokok
8) Sedang memakai antibiotika atau anti kejang
9) Gemuk/kurus
10) Penderita tumor jinak payudara
11) Penderita kanker payudara, jantung, diabetes
12) Pusing-pusing, sakit kepala.
13) Tekanan darah tinggi
14) Epilepsi, penyakit thyroid
b.
Yang tidak boleh menggunakan AKDR
1) Sedang hamil
2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3) Sedang menderita infeksi alat genital
(vaginitis, sevisitis)
4) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau
tumor jinak rahim yang mempengaruhi kavum uteri
5) Penyakit trofoblas yang ganas
6) Menderita TBC pelvic
7) Kanker alat genital
8) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
8.
Efek samping AKDR
a.
Nyeri dan
Mules
1) Keluhan
Rasa meles di daerah perut sesudah pemasangan dapat timbul rasa nyeri
seperti mulas, kadang – kadang dapat terjadi rasa nyeri / kram atau sakit
pinggang terutama pada hari – hari pertama sesudah pemasangan
2)
Penyebab
-
Ekspulsi
parsial (pengeluaran sebagian) AKDR
-
Perforasi
servik atau uterus
-
Kehamilan Aktopik
3) Tindakan Medis
(a)
Ringan
- Diberi analgetik sepasmalitik/ kombinasi keduanya
- Asam mefenamat 3x500 mg / 3-5 hari
- Analgetik 3x500 mg 3-5 hari
- Paracetamol 300-500 mg 3-5 hari
(b)
Berat
Dilihat AKDR masih di dalam rahim, bila AKDR
terlihat sedikit berarti sebagian sudah keluar, maka keluarkanlah AKDR dabn
ganti AKDR yang baru
b.
Infeksi
1) Keluhan
Nyeri di daerah perut bawah, demam dan nyeri pada
waktu bersenggama
2)
Penyebab
Pemasangan
AKDR yang tidak steril
3) Penanggulangan
Dapat diobati dengan pengobatan dan kebersihan diri
4) Tindakan Medis
-
Eritromicin 4x500mg/
hari selama 1 minggu
-
Doksisitelin
2x100mg/ hari selama 1 minggu
-
Tetrasiklin
4x500mg/ hari selama 1 minggu
c.
Ekspulsi (
AKDR keluar dengan sendirinya )
1) Keluhan
AKDR
teraba atau terasa di dalam vagina atau hanya sebagian atau seluruhnya
2) Penyebab
Karena
AKDR terlalu kecl atau terlalu besar dan juga letak AKDR yang tidak sempurna di
dalam rahim
3) Penanggulangan
-
Jelas bahwa
hal ini dapat ditangani dan diberi motivasi untuk tetap memakai AKDR
-
Menjelaskan
sebab terjadinya bahwa jenis AKDR yang dipakai bahan semakin elastic sifatnya
makin besar terjadinya ekspulsi.
-
Tindakan medis
AKDR dicabut dan diganti AKDR yang baru sesuai ukuran rahim dan cara pemasangan
yang baru.
d.
Perforasi /
Translokasi AKDR
1) Keluhan
Bisa
tanpa gejala, benang tidak ditemukan, sewaktu melakukan sondage tidak
diketemukan AKDR dalam rahim
2) Penyebab
Karena
tindakan yang tidak sesuai prosedur pada waktu pemasangan AKDR. Pada pemasangan
AKDR mengalami kesulitan sehingga dilakukan dengan paksa
3) Penanggulangan
- Bila terjadi perforasi, namun tidak ada keluhan
tidak perlu segera dikeluarkan
- Bila AKDR tembaga, atau bentuk tertutup yang
perforasi sebaiknya segera diangkat karena dapat mengakibatkan perlekatan pada
ileus.
4) Tindakan Medis
Memastikan terjadinya perforasi dengan sonde observasi adanya tanda –
tanda abdomen akut dan segera dirujuk ke Rumah Sakit, pemeriksaan lebih lanjut,
misalnya foto ronsen, USG, dan mengangkat AKDR laparatomi.
e.
Rasa Nyeri
Pada Alat kelamin Suami
1) Keluhan
Rasa nyeri pada ujung alat kelamin suami pada saat
senggama
2) Penyebab
Karena benang AKDR yang terlalu panjang
3) Penanggulangan
(a) Untuk memastikan adanya penyebab dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dalam
(b)
Beri motivasi
untuk memakai AKDR
4) Tindakan medis
Bila benang terlihat terlalu panjang, bisa dilakukan ke dalam atau benang
dipotong sedikit dengan arah mendatar
f.
Gangguan
Perdarahan
1) Keluhan
-
Perdarahan
pervaginam di luar siklus haid ( Metroragi)
-
Perdarahan
haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya ( Meroragia )
-
Perdarahan
pervaginam berupa tetesan / bercak ( spotting )
2) Penyebab
Faktor
mekanik yaitu perlukaan permukaan endometrium karena bersentuhan dengan AKDR
3) Penanggulangan
-
Jelaskan sebab
terjadinya, bias karena psikis, letak AKDR yang salah, ataupun pada wanita yang
sebelumnya memang sering mengeluh sewaktu haid.
-
Beri KIE agar
tetap memakai AKDR
4) Tindakan Medis
Pengobatan
sistematik apabila tidak berhasil maka dilanjutkan dengan menggantikan AKDR
yang cocok dan diberikan antibiotik
9.
Waktu Pemasangan AKDR
a.
Sedang
haid
b.
Pasca
persalinan : sebelum ibu pulang, setelah 3 bulan ibu dipulangkan
c.
Pasca
keguguran
d.
Masa
interval ( antara dua haid)
e.
Sewaktu
sektio Sesaria
f.
After
morning (dalam waktu 72 jam setelah berhubungan)
10.
Kapan harus menemui petugas kesehatan?
Dianjurkan untuk memeriksa AKDR
tiga bulan setelah pemasangan dan selanjutnya sekali setahun, kemudian jika ada
hal-hal:
a. Jika haid tertunda dan menduga terjadi
kehamilan
b. Jika siklus berubah secara drastis dan
menimbulkan gangguan
c. Jika mengalami nyeri menetap pada proses
perut bagian bawah atau pengeluaran cairan vagina yang tidak biasa disertai
demam.
d. Jika tidak dapat meraba benang AKDR.
e. Adanya infeksi.
f. Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
Referensi
1.
Sarwono,
2004, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta , YBPSP
2.
Manuaba,
1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta ,
EGC.
3.
Hanafi,
2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi,
Jakarta, Pustaka Sinar harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar