Rabu, 26 Juni 2013

METODE AMENORE LAKTASI

METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)
1. Definisi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
2. Cara Kerja
Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi (Saifuddin, 2003).
Pada wanita pospartum konsentrasi esterogen, progesteron, dan prolaktin (PRL) yang tinggi selama kehamilan turun secara drastis. Tanpa menyusui, kadar gonadotropin meningkat pesat, konsentrasi PRL kembali ke normal dalam waktu sekitar 4 minggu dan pada minggu ke-8 pascapartum, sebagian besar wanita yang memberi susu formula pada bayinya memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel dan akan berevolusi tidak lama kemudian.
Sebaliknya, pada wanita yang menyususi, konsentrasi PRL tetap meninggi selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi peningkatan sekresi PRL secara akut. Walaupun konsentrasi Follicle Stimulating Hormone (FSH) kembali ke normal dalam beberapa minggu pascapartum, namun konsentrasi Luteinizing Hormone (LH) dalam darah tetap tertekan sepanjang periode menyusui. Yang penting, pola pulsasi normal pelepasan LH mengalami gangguan dan inilah yang diperkirakan merupakan penyebab mendasar terjadinya penekanan fungsi normal ovarium. Wanita yang menyusui bayinya secara penuh atau hampir penuh dan tetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2 % untuk hamil selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.
3. Keuntungan
Untuk bayi :
(a) mendapat kekebalan pasif (mendapat antibody perlindungan lewat ASI)
(b) sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tubuh kembang bayi yang optimal,
(c) terhindar dari keterpurukan terhadap kontaminasi dari air susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu :
(a) mengurangi post partum
(b) mengurangi resiko anemia
(c) meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi (Saifuddin, 2003).
Efektifitas dari MAL adalah :
(1) efektifitas tinggi
(2) segera aktif
(3) tidak perlu pengawasan medis
(4) tidak perlu obat atau alat
(5) tanpa biaya.
Manfaat MAL pada bayi yaitu suatu makanan yang memiliki asupan gizi yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi, sedangkan pada ibu manfaatnya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Pinem, 2009).
4.KEKURANGAN
Kekurangan dari kontrasepsi MAL adalah :
(1) perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
(2) mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
(3) efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan
(4) tidak melindungi terhadap IMS termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
5.KONTRA INDIKASI
1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
6.EFEK SAMPING
Mengukur dan keamanan dari berbagai metode keluarga berencana juga sulit dilakukan, tetapi alasannya dalam hal ini adalah bahwa sebagian besar metode sudah sedemikian aman sehingga kejadian merugikan yang serius sangat jarang dijumpai. Kejadian merugikan yang kurang serius sering kali cukup bersifat subjektif. Kemungkinan mengalami efek samping suatu metode, serius atau tidak, dapat diperkecil dengan mematuhi kontraindikasi pemakaiannya.
WHO baru-baru ini meninjau ulang kontraindikasi semua metode utama kontrasepsi dan mengembangkan suatu sistem altrnatif yang disebut “ kriteria kelayakan medis “. Untuk setiap metode, WHO menetukan apakah tidak ada atau jarang ada kondisi medis yang menyebabkan suatu metode tidak dianjurkan pemakaiannya, atau apakah terdapat kontraindikatif relatif.
Seiring dengan munculnya metode baru dan telah disempurnakan, dan meningkatnya pengetahuan mengenai bagaimana mengurangi risiko dari metode-metode yang ada sehingga menjadi lebih aman. Keluarga berencana merupakan area model bagi ilmu kesehatan dalam aspek kemajuan otonomi dan tanggung jawab pemakai. Tantangan di masa mendatang adalah bagaimana mengembangkan metode yang lebih baik dan lebih beragam, dan membantu akseptor mengkombinasikan metode-metode yang ada untuk menciptakan strategi yang memenuhi kebutuhan mereka.Berikut ini beberapa efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi menggunakan Metode Amenorea Laktasi ( MAL ):
1. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan
2. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDSKesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
3. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
7. Kriteria
A. Kriteria Seorang Ibu Yang Menggunakan Metode KB Amenorea Laktasi (MAL)
Syarat ibu untuk menggunakan metode KB alami MAL yaitu :
a. ibu yang menyusui secara eksklusif
b. ibu belum menstruasi sejak melahikan (belum haid)
c. ibu memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu sampai dua teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan)
d. bayi berusia 6 bulan (Saifuddin, 2003).
B. Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Dilakukan segera setelah melahirkan.
b. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
c. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
d. Tidak mengkonsumsi suplemen.
e. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
C. Ibu Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
a. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
b. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
c. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
d. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
e. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
f. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
g. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
h. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
9. Efektivitas
• Kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan dan 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan.
• Kejadian kehamilan dalam pemakaian MAL ini relatif sangat kecil, dikarenakan efektifitas pada MAL sangat tinggi mencapai 98% (Sarwono, 2003).
• Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan. Efektifitas dapat mencapai 98% dan sangat efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlakrtasi (Depkes, Bandung).

DAFTAR PUSTAKA
Arjoso, S. 2005. Rencana Strategis BKKBN. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN
BKKBN, (2010). Data Statistik KB Provinsi Jawa Tengah tahun 2002-2006, Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, www.bps-jateng.go.id diunduh tanggal 18 Desember 2010
Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta.: Pustaka Sinar Harapan
Saifudin, Abdul bari.2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohajo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar